Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat : Izinkan kami pulang kampung
Berita Sulbar - Debby Utami Pratiwi Bakri memulai petisi ini kepada Mempetisi Seluruh Pemuda dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat.
Berbicara berkenaan Provinsi Sulawesi Barat bisa saja tidak dapat lepas dari ketertinggalan dan keterbelakangan, kendati di di dalam beberapa sektor Sulbar berhasil tidak menjadi Provinsi yang paling tertinggal. Ini bisa saja suatu hal yang lumrah memandang Sulbar merupakan Provinsi ke dua termuda di Indonesia. Saya sungguh terlampau sedih pas mewakili Sulbar dibeberapa persaingan Nasional dan umumnya masyarakat menjelaskan "Di mana provinsi Sulbar itu ? Kapan berdirinya dan apa ibu kota provinsinya ?". Ini pertanda bahwa Sulbar belum banyak dikenal oleh masyarakat. Bisa menjadi dikarenakan kurangnya rasa dambakan mengetahui masyarakat atau dikarenakan tidak tersedia hal yang begitu istimewa dari Provinsi Sulbar. Sulbar atau Sulawesi Barat adalah pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan pada 2004 bersama dengan ibu kota provinsi, yaitu Mamuju dan terdiri dari 6 Kabupaten yaitu Mamuju, Mamuju Utara, Majene, Polewali Mandar, Mamasa, dan Mamuju tengah.
Saya mengetahui begitu banyak kasus yang tersedia di Provinsi Sulbar, bersama dengan status sebagai provinsi termuda ke dua di Indonesia, kasus Pendidikan, Pembangunan, Anak Muda, kesehatan, sarana masyarakat, Politik dinasti dan berbagai kasus lazim yang saya yakini selamanya menjadi kasus besar di berbagai tempat di Indonesia. Ya, ini merupakan kasus sejuta petinggi di negara ini, seperti banyaknya gedung sekolah yang rusak, sarana kesehatan bagi masyarakat miskin, bagaimana mengelola SDA, Pembangunan Bandara, Pembangunan Sarana Transpotasi yang memadai, kurangi pengangguran dan ribuan kasus normatif yang mengekor dibelakangnya
Patut untuk diketahui menurut data BPS (Badan Pusat Statistik 2012) bahwa Indeks Pembangunan Manusia di Sulbar cuma 70.73 Persen dan berada pada posisi 27 dari 33 Provinsi. Dengan klasifikasi Majene (70,84 %), Mamasa (70,31 %), Mamuju Utara (69,79 %), Mamuju (68,99 %), Mamuju tengah (Kabupaten Baru) dan Polewali Mandar (66,52 %). Selain itu Kementrian Daerah tertinggal sudah merilis data 183 kabupaten sebagai tempat tertinggal dan mirisnya 5 kabupaten yang berada di Sulbar masuk di di dalam 183 tempat tertinggal di Indonesia. Ini merupakan hal yang terlampau memprihatinkan. Belum ulang data yang di liris oleh BPS di tahun 2012 berkenaan angka buta huruf di Provinsi Sulawesi Barat yang capai capai 12,41 persen dari angka secara nasional sebesar 7,42 persen.
Sulbar punya cita-cita menjadi tidak benar satu provinsi terbaik di Indonesia bersama dengan visi menjadikan provinsi Sulbar yang "Malaqbi" (Bermartabat) tetapi bersama dengan angka Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) yang begitu rendah terlampau sulit untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu. Sebenarnya, bicara soal potensi di Sulawesi Barat, ternyata begitu banyak Sumber Daya Alam (SDA) yang dimilikinya seperti potensi PLTA Karama, potensi 9 blok migas, potensi pekebunan kelapa sawit, perkebunan kakao dan tambang emas. Namun kurangnya perhatian pemerintah bersama dengan hal berikut menyebabkan SDA ini menjadi tidak terjamah dan tidak memberikan masyarakat kesejehteraan yang cukup. Sebenarnya bukan cuma SDA yang patut kita banggakan tetapi potensi pariwisata Sulbar dan potensi SDM (Sumber Daya Manusia) yang terlampau baik jika diberikan wadah yang baik.
Berbicara soal SDM di Sulbar (tanah Mandar), sesungguhnya tersedia banyak manusia-manusia hebat bersama dengan intelegensi superior di tanah Mandar, begitu banyak sarjana-sarjana terbaik PTN (Perguruan Tinggi Negeri) ataupun PTS (Perguruan Tinggi Swasta) yang berasal dari tanah Mandar tetapi permasalahannya sekarang dikarenakan Pemerintah Provinsi maupun tempat tidak begitu perduli bersama dengan keberadaan mereka. Contohnya : Di ajang-ajang nasional, siswa-siswa yang mempunyai nama Sulbar atau mengharumkan nama Sulbar , jangankan untuk diberikan hadiah dibuatkan sertifikatpun tidak. Ini menjadi bukti kurangnya penghargaan bagi siswa-siswa berprestasi yang menyebabkan otak mereka menjadi malas difungsikan sebagai mana mestinya. Layaknya benda di di dalam lemari di sebuah pameran. Bukan cuma lulusan PTS ataupun PTN, tersedia banyak anak-anak mandar yang punya keahlian spesifik yang patut dikembangkan seperti menenun sarung sutra Mandar, menjahit, ataupun nelayan tetapi dikarenakan tidak terdapatnya wadah menyebabkan mereka cuma menjadi ibu tempat tinggal tangga di usia dini terlebih menjadi TKI di negara seberang.
Ada banyak sarjana-sarjana muda yang penuh bersama dengan impuls untuk dambakan terdapatnya pergantian di tanah Mandar ini, mereka cuma mesti perhatian lebih banyak dari pemerintah provinsi dan daerah. Bayangkan saja tersedia ratusan terlebih ribuan sarjana yang pada pada selanjutnya menganggur di kota besar seperti Makassar, Jakarta, ataupun di kota besar lainnya. Mungkin banyak dari mereka yang sudah terhipnotis enaknya hidup di kota tetapi sesungguhnya tersedia banyak sarjana-sarja muda yang siap pulang ke kampung untuk membangun daerahnya. Contohnya saja tersedia banyak sarjana pertanian yang siap untuk memajukan pertanian di tanah Mandar bukan untuk bekerja di kantoran dan mengurusi ratusan lembar kertas tiap tiap harinya. Ada banyak sarjana kependidikan yang siap mencerahkan wajah pendidikan di pelosok Mamuju, Majene atau Polewali Mandar dan Menjadikan sekolah yang bertahun-tahun tidur untuk ulang membuka mata.
Ada banyak calon papa dan ibu guru yang siap mencetak generasi generasi penerus yang labih baik. Ada banyak sarjana ekonomi yang mampu memajukan ekonomi Sulbar. Sarjana kesehatan untuk memastikan tidak tersedia ulang masyarakat yang meninggal dikarenakan tidak terdapatnya perawat di desa terpencil dan tersedia banyak cahaya-cahaya kecil yang pada pada selanjutnya menjadi lentera pergantian ditanah Mandar. Bayangkan saja terkecuali ratusan sarjana tiap tiap tahunnya yang berasal sari Sulbar mengadu nasib di kota lain. Menjadi sarjana tidak produktif dan menjadi pekerja yang menyalahi latar pendidikan mereka. Menjadi tidak benar satu penyebab tambah padatnya kota-kota besar dan gangguan lainnya. Bayangkan terkecuali sarjana-sarjana muda ini atau pekerja-pekerja professional ini diberikan wadah,pulang kampung dan diberikan modal untuk mengembangkan pengetahuan mereka, mereka tentu saja dapat menjadi orang yang lebih produktif dan tentu saja mampu kurangi jumlah pengangguran terkecuali mereka mampu menyebabkan lapangan pekerjaan baru seperti bisnis/usaha yang sesungguhnya merupakan tidak benar satu indikator pengelompokan negara maju. Bayangkan terkecuali sarjana-sarjana muda ini ulang ke daeranya dan bekerja di bidang ke profesionalannya masing-masing, tentu wajah pendidikan, kesehatan, ekonomi, kelautan ataupun pertanian dapat tambah baik. Menciptakan manusia-manusia intelektual yang produktif dan siap meingkatkan IPM Sulbar dan indoesia.
Sekarang waktunya untuk pemerintah dan pemuda sama-sama mengetahui untuk bangun dan membuka mata, untuk membangun Sulbar lebih baik kedepannya bersama dengan penggunaan SDA dan SDM secara maksimal. Karena saya yakin bahwa pemuda adalah tidak benar satu pilar berdirinya negara atau tempat maju. Sekaranglah saatnya pemuda menjadi tidak benar satu anggota pengambil kebijakan, dan pembuat pergantian di banyak sektor berarti di masyarakat. Kinilah saatnya sarjana-sarjana memakai ilmunya secara maksimal dan menjadi pemuda yang lebih produktif dan tidak cuma menjadi seongkok daging yang punya nama.
0 Response to "Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat : Izinkan kami pulang kampung"
Post a Comment